Oleh: Cepy Suherman
Pada tulisan kali ini, saya tidak akan membahas mengenai
bagaimana cara melangsingkan tubuh. Istilah “CAN SLIM” pada judul artikel ini janganlah
diterjemahkan secara harfiah. Ia sebenarnya merupakan sebuah metode yang
digunakan para investor untuk memilih saham yang tepat.
i1.wp.com |
Ada dua metode analisis populer yang digunakan para investor
dalam memilih dan menganalisis saham-saham, yaitu Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) dan Analisis
Teknikal (Technical Analysis). Yang
menarik dari metode CAN SLIM ini adalah ia berusaha menggabungkan keduanya
menjadi sebuah metode yang lebih powerfull.
Lalu, seperti apa metode CAN SLIM ini sehingga dikagumi
banyak orang? Yuk, kita simak penjelasan berikut ini.
Sekilas Mengenai CAN
SLIM
CAN SLIM adalah sebuah metode dalam analisis saham yang
dikembangkan oleh William J. O’Neil. Ia adalah seorang trader dan pengusaha
terkenal. Bill O’Neil, begitu panggilan akrabnya, merupakan pendiri dan
pemilik surat kabar Investor’s Business
Daily.
William O’Neil juga dikenal sebagai penulis buku. Salah satu
bukunya yang terkenal yaitu “How to Make
Money in Stocks: A Winning System In Good Times or Bad”. Dalam buku ini O’Neil
menjelaskan mengenai bagaimana menggunakan metode CAN SLIM sebagai strategi investasi
dalam memilih “saham-saham pemenang”.
cf.shopee.ph |
Metode CAN SLIM
dikembangkan dari riset O’Neil terhadap 500 saham berkinerja unggul selama
empat dekade di Amerika Serikat. Riset ini telah ia lakukan sejak 1953. Tujuan
utama metode CAN SLIM adalah untuk menemukan saham-saham unggulan sebelum harganya
terlanjur terbang tinggi.
CAN SLIM bukanlah
strategi yang termasuk dalam kategori “momentum investing”. Metode ini
justru lebih fokus pada bagaimana cara mengidentifikasi perusahaan-perusahaan
dengan fundamental yang kuat, memiliki nilai penjualan yang besar, pendapatan
yang terus meningkat, serta memiliki layanan atau produk yang unik.
2.bp.blogspot.com |
Investor yang
menggunakan metode CAN SLIM umumnya akan membeli saham sebuah perusahaan ketika
harganya masih “murah”, atau sedang berada di fase konsolidasi. Lalu ketika
harganya naik atau bahkan melambung tinggi, mereka pun akan segera menjualnya. Dengan
metode ini, O’Neil mengaku memperoleh kenaikan harga saham berkali-kali lipat
dalam waktu yang relatif singkat.
Apa Makna
Konsep CAN SLIM?
CAN SLIM sebenarnya adalah sebuah singkatan yang terdiri dari
tujuh huruf (C-A-N-S-L-I-M). Masing-masing poin tersebut menggambarkan peluang
sebuah saham untuk menjadi saham unggulan. Berikut adalah tujuh parameter yang
digunakan untuk menganalisis dan memilih saham berkinerja unggul.
4.bp.blogspot.com |
1. C = Current
Quaterly Earnings
Perusahaan
yang unggul adalah perusahaan yang selalu mampu meningkatkan pendapatannya
setiap periode. Menurut metode ini, pilihlah emiten yang mempunyai pertumbuhan
EPS (earning per share) paling tidak
25% di kuartal terakhir, dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
http://4.bp.blogspot.com/ |
EPS merupakan laba per lembar saham yang dihitung dengan membagi total laba perusahaan yang sudah dikurangi pajak dengan jumlah saham yang diedarkan oleh perusahaan tersebut. Emiten dengan pertumbuhan EPS yang tinggi diharapkan dapat melanjutkan pertumbuhannya di periode-periode berikutnya. Tapi perlu diingat, laba ini sebaiknya berasal dari kenaikan pendapatan perusahaan (omset), bukan dari hasil penjualan aset.
2. A = Annual Earnings Increase
Parameter berikutnya adalah peningkatan
laba tahunan. Pilihlah emiten yang pertumbuhan EPS-nya meningkat lebih dari 25%
per tahunnya selama tiga tahun terakhir. Selain itu, emiten juga sebaiknya
memiliki pertumbuhan ROE (Return on
Equity) minimal 17% selama tiga tahun terakhir.
static.laohu8.com |
Kombinasi antara tumbuhnya laba di tiga
tahun terakhir dengan kuatnya laba di tahun ini dalam kuartal terakhir, akan
membentuk sebuah saham menjadi saham unggulan. Ya, paling tidak saham kategori
ini memiliki peluang lebih tinggi untuk bertumbuh atau bahkan terbang.
3. N = New Products, New Management, and New High
Perusahaan yang inovatif umumnya dapat
bertahan dalam persaingan bisnis. Perusahaan yang tampil dengan produk-produk
dan layanan baru juga akan memiliki nilai saham yang cenderung meningkat. Hal ini
tentunya bisa terjadi apabila produk dan layanan tersebut dapat mendongkrak
pendapatan dan laba perusahaan.
ayatsaleh.files.wordpress.com |
Di
samping produk yang inovatif, emiten unggul juga harus memiliki manajemen
dengan tata kelola yang baik. Manajemen baru harus mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman, misalnya dengan berani meninggalkan sistem lama yang
konvensional, lambat, dan birokratis, lalu menggantinya dengan sistem yang
lebih cepat dan efisien.
Terciptanya
produk inovatif disertai dengan manajemen baru yang lebih baik, pada akhirnya pasti
akan berdampak terhadap nilai saham suatu perusahaan. Apabila hal ini dapat
terus dipertahankan, terbuka peluang bagi harga sahamnya untuk bisa terus
tumbuh dan mencapai harga baru yang lebih tinggi (new high price).
4. S = Supply
and Demand
O’Neil
merekomendasikan para investor untuk berinvestasi pada emiten dengan jumlah
saham beredar yang sedikit, atau pada emiten berkapitalisasi kecil. Kapitalisasi
pasar (market capitalization) diperoleh
dengan cara mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga sahamnya. Saham
berkapitalisasi kecil biasanya memiliki pergerakan harga yang lebih signifikan
dibanding saham berkapitalisasi besar.
static.seekingalpha.com |
Pergerakan
harga pada saham berkapitalisasi kecil tidak membutuhkan demand (permintaan) yang sangat besar. Jika jumlah penawaran saham kecil
sementara permintaannya besar, maka menurut teori permintaan dan penawaran,
harganya akan naik.
Peningkatan
volume transaksi sebesar 40% atau lebih mengindikasikan adanya pembelian besar
(biasanya dilakukan oleh institusi). Situasi seperti ini umumnya mendorong
harga saham untuk terus meningkat, bahkan melonjak drastis. Kesempatan inilah
yang kemudian dapat dimanfaatkan investor ritel untuk memperoleh keuntungan
yang besar.
5. L = Leader
or Laggard
Berinvestasilah
pada saham yang menjadi pemimpin di sektor industri terbaik (the leading stock in a leading industry).
Pemimpin pasar tidaklah selalu dipegang oleh perusahaan yang terbesar asetnya
atau punya merek terkenal. Lalu seperti apa karakteristik leader stock itu?
images.markets.businessinsider.com |
Untuk
menentukan suatu saham masuk dalam kategori “leader”, O’Neil menggunakan ukuran Relative Price Strength Rating (RPSR). Indeks ini dirancang untuk
mengukur performa sebuah saham dibandingkan dengan saham-saham yang sejenis,
atau dengan indeks-indeks utama seperti S&P 500, Dow Jones Average, NASDAQ,
dan NYSE Composite.
Tapi
jika kamu berinvestasi di bursa Indonesia, kamu bisa membandingkan saham yang
kamu pilih dengan indeks-indeks seperti IHSG, LQ45, Kompas100, dan sebagainya. Leader stock biasanya memiliki kinerja
yang jauh mengungguli indeks-indeks tersebut, yaitu mencapai 80% di atas
rata-rata pasar selama setahun terakhir.
6. I = Institutional
Sponsorship
Untuk
bisa terdorong naik, saham suatu perusahaan haruslah memiliki permintaan dalam
jumlah besar. Permintaan yang besar ini tentunya membutuhkan dana yang besar
pula. Nah, dana-dana ini umumnya berasal dari institusi seperti perusahaan
sekuritas, institusi asuransi, dana pensiun, atau hedge fund.
cdn.educba.com |
Saat
institusi-institusi tersebut mulai tertarik pada saham yang sama seperti yang
kamu miliki, maka kamu bisa memanfaatkan momentum ini guna menunggu naiknya
harga saham akibat permintaan yang tinggi dari institusi tersebut. Tapi perlu
kamu ketahui, menentukan saham-saham mana yang diminati institusi besar tidaklah
mudah. Tentunya kamu harus rajin mencari informasi baik dari media massa maupun
social media.
7. M = Market
Direction
Menurut
O’Neil, market direction menjadi
faktor kunci keberhasilan investasi. O’Neil membagi arah pasar ke dalam tiga
kategori, yaitu trend naik (confirmed
uptrend), trend turun/koreksi (confirmed
downtrend), dan trend naik dalan tekanan (uptrend under pressure).
Pergerakan
saham-saham umumnya mengikuti arah pergerakan pasar. 3 dari 4 saham memiliki
arah yang tidak berbeda dengan pasar. Saat pasar berada dalam fase downtrend, akan sedikit lebih sulit
menemukan saham-saham unggulan. Pada situasi ini, kamu sebaiknya fokus pada
bagaimana mengurangi risiko kerugian dan menunggu pasar kembali menguat.
www.5paisa.com |
Lainnya
hal ketika pasar mulai memasuki fase uptrend.
Ada banyak kesempatan investor untuk memperoleh laba dengan membeli saham-saham
yang memenuhi kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. Saham-saham tersebut
umumnya memiliki kinerja yang lebih pada kondisi bull market.
Komentar
Posting Komentar